24-26 Desember 2012
“Surga Allah Yang Tersembunyi itu
bernama SEMPU”
“Masya Allah, Surga tersembunyi”
begitulah kira kira gambaran kalimat untuk segoro anakan dan pantai panjang di
pulau Sempu…
“Maka nikmat Tuhan mana lagi yang
engkau dustakan” (QS. Ar Rahman)
Pulau Sempu terletak di Malang
Selatan, tepatnya di daerah Sumbermanjing. Memiliki luas sekitar 877 hektar
dibawah naungan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Propinsi Jawa Timur.
Pulau ini memiliki tiga ekosistem sekaligus, yaitu ekosistem hutan mangrove,
hutan tropis dan danau, juga keragaman hayatinya yang kami buktikan sepanjang
perjalanan dari dermaga menuju destinasi pertama yaitu segoro anakan. Bermodal
tas carrier, tenda, logistic konsumsi dan segala yang dibutuhkan kami memang
berniat untuk tidak hanya mengunjungi segoro anakan yang terkenal dari pulau
sempu, tapi juga pantai kembar 1 - 2 dan segoro panjang yang untuk kesana harus
melewati bukit terjal terlebih dahulu.
Bersama 6 makhluk ajaib dari
organisasi yang sama dan 4 orang yang baru saya kenal saat itu, kami sengaja
berangkat pagi dari Sidoarjo dengan menunggangi kuda besi kami (motor tetap
jadi pilihan para mahasiswa yang mengaku mencintai pencipta alam ini, maklum
masih mahasiswaaa) dengan estimasi harus sampai disana sebelum sore, karena
jalur yang akan kita lewati cukup menantang (katanyaa) apalagi kalau turun
hujan.
Sampai di pantai sendang biru
atau dermaga menuju pulau sempu, disana kita harus registrasi terlebih dahulu
dan memesan perahu untuk menyebrang ke pulau Sempu. Jangan lupa untuk mampir di
Pasar ikan di dekat dermaga untuk membeli ikan segar hasil tangkapan para
nelayan di sekitar, kalian harus jeli dalam memilih ikan dan jangan lupakan
prinsip ekonomi yah, tawar menawar harga :D
“jangan lupa catet nomor saya ,
nanti kalau mau balik telpon saja langsung saya jemput” ucap sang pengendali perahu
sambil menunjuk serangkaian angka yang tertera di dek perahu. Tak butuh waktu
lama dari sendang biru menuju pulau sempu, sekitar 20 menit dengan kecepatan
sedang.
Kami melanjutkan perjalanan dengan
melewati jalan setapak memecah hutan menuju segoro anakan, memang jalurnya
cukup terjal apalagi ditambah jalan yang becek karna hujan, sesekali kami harus
melompat dan merunduk menghindari jalan yang berlubang atau terhalang pohon
yang tumbang. Namun ini tak seekstrim yang kubayangkan dari cerita teman yang
pernah kesini sebelumnya, mungkin karena saya terlalu berimaginasi tinggi dan memang
asal saya dari kampung jadi terbiasa dengan medan seperti ini, hehehe… Sesekali
kami jumpai kera putih atau lutung dan sejenisnya yang melintas dan bermain di
pohon.
Setelah 1 jam lebih perjalanan
kami Sampai di segoro anakan, benar sudah… apa yang di depan mata mengobati
lelah kita… “Masya Allah terima kasih tuhan, lagi lagi Engkau tampakkan
kuasaMu” “jangan kagum dulu, masih banyak surge lain di bawah sana. Capcuss
cin…” kata mas cham memecah lamunanku. Segoro anakan adalah danau yang
terbentuk sejak juta tahun lalu, dikelilingi oleh bukit bukit yang menjulang
yang menghalau ombak ganas laut selatan. Hantaman ombak yang pecah dan memancar
dari lubang kecil di sisi segoro anakan ini menambah cantik segoro anakan ini
dan menjadi pemandangan yang jarang ditemui dan menenangkan jiwa. Sebenarnya
taka da kata puas untuk menikmati segoro anakan, namun tenda dan logistic menanti
untuk dimanfaatkan. Setelah memanjakan mata, hati dan pikiran dalam damainya
suasana di segoro anakan. Saatnya memanjakan lidah dan perut dengan ikan segar
yang dimasak ala chef mament... eits, dan terpenting, jangan lupa bawa kembali
sampah kita dan pungut sampah yang bisa dibawa, langkah kecil yang semoga
bermanfaat.
Keesokan harinya, kita lanjutkan perjalanan
menuju segoro panjang. Jangan lupa untuk memungut sampah yang bisa dibawa…
Gerimis menyulitkan langkah kami, terutama saya, yang lemah pada hujan dan bisa
jadi sedikit letoy dan lebay, hehehe... Setelah mendaki dan menuruni bukit
terjal sampailah kita di pantai kembar 1. cukup cantik tapi layaknya pantai
selatan pada umumnya yang dibatasi karang besar di sekelilingnya, di sini kami
bertemu dengan 1 rombongan dari jember yang hendak kembali. Dilanjut melewati
bukit lagi hingga ke pantai kembar 2, taka da tanda tanda kehidupan disini,
hanya kami, iyaa kami... Alhamdulillah gerimis telah berakhir disini, setelah
istirahata dan meskipun belum puas menyapa kami tetap harus melanjutkan
perjalanan ke segoro panjang alias pantai panjang. Dan sampailah kita di pantai
panjang…
“Alhamdulillah” menjadi kata
pertama yang meluncur dari mulut kami, diikuti “Masya Allaah” inilah surga yang
sesungguhnya… inilah esensi hidup, semakin besar perjuangan maka semakin besar
pula kepuasan yang dirasakan. Perjuangan dan kesusahan dalam perjalanan
menjadikan apa yang kita rasakan saat ini menjadi begitu indah. Sebuah pantai
yang memanjang, sebelah timur dibatasi tebing dan bukit yang menjulang. Taka da
orang lainpun disini, hanya rombongan kami. Awalnya sedikit takut, namun kami
percaya Allah always with us, untuk apa takut jika semuanya sama sama milik
Allah dan menghamba padaNya. Disini juga dapat kita temukan sumur air payau…
yess.. akhirnya mandi :D
Tenda didirikan, kompor
dinyalakan dan kitapun larut dalam keceriaan dan nikmat tuhan. Menikmati angin
pantai dan kebersamaan yang menenangkan, sejenak melepas segala penatnya
kehidupan, terlarut dalam kasih Tuhan dan tak henti mengucap syukur atas apa
yang Tuhan karuniakan dan titipkan untuk kita…
Mari kita jaga Indonesia kita,
hal kecil dengan tidak meninggalkan sampah apapun dan tidak merusak apapun, apa
susahnya sekedar menyimpan bungkus makanan di kantong hingga menemukan tempat
sampah. Dan akan lebih baik jika kita memungut sampah yang kita temui dan
menanamkan kebiasaan baik untuk orang lain. Ingat etika berpetualang, “TAKE
NOTHING BUT PICTURE, LEAVE NOTHING BUT FOOTPRINT AND KILL NOTHING BUT TIME! –
JANGAN MENGAMBIL APAPUN KECUALI GAMBAR, JANGAN MENINGGALKAN APAPUN KECUALI
JEJAK KAKI DAN JANGAN BUNUH APAPUN KECUALI WAKTU” (Tapi pengecualian buat yang
lagi galau, boleh membunuh perasaan yang tertinggal kok, hehehe :D)
“Dan langit telah ditinggikanNya
dan dia ciptakan keseimbangan, agar kamu jangan merusak keseimbangan itu” (QS.
Ar Rahman : 7-8)
“Maka Nikmat Tuhanmu yang manakah
yang kamu dustakan???” (QS:55)